Presipitasi dan Klasifikasinya - Geograph88

Presipitasi dan Klasifikasinya

Presipitasi dan Klasifikasinya
Anda tentunya sering melihat fenomena hujan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ilmu meteorologi dan klimatologi istilah hujan merupakan bagian dari "presipitasi". 

Presipitasi adalah istilah umum untuk semua bentuk hasil kondensasi uap air yang terkandung dalam atmosfer. 

Uap air tersebut selau ada di atmosfer meskipun udara tidak berawan. Presiptasi terjadi bilamana ada pendingin udara sehingga menyebabkan kondensasi.

Baca juga:
Perbedaan mendasar tanah dengan lahan
Perbedaan pulau dan benua itu apa?
Faktor evaporasi di permukaan bumi

Faktor utama terjadinya presiptasi adalah adanya (1) massa uap air, (2) adanya inti kondensasi seperti partikel debu, kristal garam dan lainnya serta (3) adanya pendinginan udara kerena pengangkatan udara secara siklonik, orografik dan konvektif.

Menurut proses terjadinya, presipitasi dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu:
1. Presipitasi siklonik (cyclonic precipitation)
Terjadi akibat naiknya udara da dipusatkan ke arah tekanan rendah. Berdasarkan pendinginannya dibedakan menjadi non frontal cyclonic dan frontal cyclonic.
2. Presipitasi konvektif (convective precipitation)
Terjadi karena udara panas naik ke lapisan udara yang letaknya lebih tinggi dan dingin.
3. Presipitasi orografik (orographic precipitation)
Terjadi akibat naiknya udara yang disebabkan oleh rintangan sebuah pegunungan.

Menurut bentuknya, presipitasi dapat dibedakan menjadi:
1. Drizzle
Presipitasi yang terdiri dari butir-butir air berdiameter kurang dari 0,02 milimeter atau intensitasnya kurang dari 0,04 mm per jam.
2. Rain
Bentuk presipitasi dengan ukuran butir air lebih besar dari 0,02 mm.
3. Glaze
Presipitasi berupa es yang terbentuk dari hujan atau drizzle yang membeku akibat kontak dengan lingkungan yang dingin.
4. Sleet
Terbentuk apabila butir-butir hujan sewaktu jatuh mengalami pembekuan akibat udara yang dingin.
5. Snow
Presipitasi dalam bentuk kristal es.
6. Hail
Presipitasi dalam bentuk-bola es dengan diameter lebih dari 0,2 inci

Klasifikasi tipe hujan lain juga dikemukakan oleh Seyhan yaitu mengelompokan presipitasi ke dalam 2 jenis yaitu presipitasi vertikal dan presipitasi horizontal. 

Presipitasi vertikal jatuh di atas permukaan bumi dan diukur oleh penakar hujan. Presipitasi horizontal dibentuk di atas permukaan bumi dan tidak dapat diukur oleh penakar hujan.
Presipitasi vertikal meliputi:

1. Hujan: air yang jatuh dalam bentuk tetesan yang dikondensasikan dari uap air di atmosfer.
2. Hujan Gerimis: hujan dengan butir tetesan sangat kecil.
3. Salju: kristal-kristal kecil air yang membeku dan secara langsung dibentuk dari uap air di udara bila suhunya pada saat kondensasi kurang dari 0 derajat celcius.
4. Hujan batu es: gumpalan es yang kecil, kebulat-bulatan yang terbentuk selama hujan badai.
5. Sleet: campuran hujan dan salju.
Presipitasi horizontal meliputi:
1. Es: salju yang berbentuk padat.
2. Kabut: uap air yang dikondensasikan menjadi partikel-partikel air halus di dekat permukaan tanah.
3. Embun beku: bentuk kabut yang membeku di atas permukaan tanah dan vegetasi.
4. Embun: air yang dikondensasikan sebagai air di atas permukaan tubuh yang dingin (permukaan tanah dan vegetasi) terutama di malam hari. Embun akan menguap di kala pagi hari.
5. Kondensasi pada es dan dalam tanah: kondensasi juga menghasilkan presipitasi dari udara basah hangat yang mengalir di atas lembaran es dan pada iklan sedang di dalam beberapa sentimeter di bagian atas tanah.


Tipe-tipe presipitasi atmosfer
Baca juga:
Soal latihan geografi tipe sulit alias HOTS
Mengapa jakarta sering banjir saat musim hujan?

Sumber dan Gambar:
disini
close