Perbedaan Epirogenesa dan Orogenesa - Geograph88

Perbedaan Epirogenesa dan Orogenesa

Perbedaan Epirogenesa dan Orogenesa
Gaya tektonik adalah gaya atau tenaga yang menyebabkan terjadinya proses dislokasi batuan di dalam bumi. 

Dislokasi adalah perubahan keadaan atau posisi komplek batuan, baik yang mengakibatkan putusnya hubungan batuan ataupun tidak. 

Setiap aktivitas tektonik berpotensi mempengaruhi aktivitas gunung berapi. Besarnya pengaruh sangat bergantung kepada ketebalan lempeng tektonik dan posisi dapur magma. 

Gempa besar di Aceh 29 Desember 2004 yang diikuti Tsunami tetapi tidak memicu aktivitas gunung api di sekitarnya, karena lempeng kerak bumi di Aceh lebih tebal dari lempeng di bagian Mentawai. 

Di Kawasan Indonesia Timur  umumnya aktivitas tektonik langsung memicu kenaikan aktivitas vulkanik di sekitarnya, hal ini karena lempeng kerak bumi di KTI lebih tipis dari KBI.

Tenaga yang menyebabkan tektonik adalah tenaga endogen yang bersifat :
· Tekanan Tangensial (mendatar)
· Gaya tarik Tangensial
· Gaya Radial (tegak)
Berdasarkan sifat gerakan dan cakupan wilayahnya gaya tektonik dibedakan menjadi dua, yaitu Tektonik Epirogenesa dan Tektonik Orogenesa.

a. Tektonik Epirogenesa  (Epiros = benua)
Tektonik Epirogenesa adalah gejala pembentukan benua yang disebabkan oleh tenaga asal dalam yang berarah tegak lurus (radial) baik ke atas maupun ke bawah searah dengan radius bumi yang akan menyebabkan pengangkatan atau-pun penurunan.

Epirogenesa mempunyai gerakan yang lambat sehingga tidak mengakibatkan deformasi yang jelas, mungkin diikuti oleh lipatan kerak bumi ataupun tanpa adanya lipatan. 

Epirogenesa meliputi daerah yang sangat luas walaupun tidak selalu seluas benua. Tektonik Epirogenesa terbagi dua, yaitu Epirogenesa Positif dan Epirogenesa Negatif.

a.1. Epirogenesa Positif
Epirogenesa Positif adalah gaya vertikal yang menuju ke bawah atau penurunan. Penyebabnya adalah adanya tambahan beban, misalnya adanya sedimen yang sangat tebal di daerah geosinklinal yang menyebabkan terganggunya kese-imbangan isostasi. 

Contohnya periode Pleistocen pada Zaman Es terjadi perluasan wilayah es ke arah equator, menghasilkan penurunan beberapa daerah.

a.2. Epirogenesa Negatif
Epirogebesa Negatif adalah gaya vertikal yang menuju ke atas sehingga terjadi pengangkatan. Penyebabnya adalah pengurangan beban lapisan kerak bumi, misalnya karena lapisan es mencair. 

Contohnya Pantai Stockholm terjadi kenaikan rata-rata 1m/100 tahun. Daerah Great Lake bagian utara dan timur laut mengalami pengangkatan beberapa ratus meter sehingga sekarang miring kea rah selatan. 

Dataran tinggi Colorado mengalami pengangkatan sekitar 1000 m sejak 50 juta tahun yang lalu.

Pengangkatan atau penurunan daerah yang luas hingga puluhan ribu kilometer, digerakkan oleh tenaga yang luar biasa dari tempat yang dalam. 

Tenaga tersebut mungkin bersumber dari reaksi-reaksi kimia radioaktif dalam bumi, aliran magma, daya mengapung untuk mencapai keseimbangan (isostasi) dan sebagainya.
Garis pantai naik karena aktivitas tektonik
b. Tektonik Orogenesa
Tektonik Orogen yaitu tektonik pembentuk pegunungan. Gerkan ini meliputi daerah yang relatif sempit. Pengangkatan oleh gaya-gaya endogen menyebabkan terbentuknya orogen. 

Proses orogenesis mebentuk pegunungan berangkai yang pada umumnya terdiri dari struktur-struktur lipatan atau patahan. 

Hal ini tidak sama dengan gunung api. Gunung api dibentuk oleh proses Vulkanisme, sedangkan pegunungan dibentuk oleh proses tektonik.

Tektogenesis adalah proses pelipatan, sesaran dan sebagainya yang berlaku di dalam bumi. Setelah sedimen itu dilipat dan disesar di dalam bumi sehingga membentuk tektogen, boleh jadi kemudian diangkat menjadi orogen. 

Istilah Tektogenesis sering kuga dipakai dalam artian luas. Pembentukan suatu orogen umumnya selalu disertai gerak-gerak batuan. 

Pengangkatan kerak bumi hingga menjadi pegunungan-pegunungan  dapat pula berlaku sangat lambat dan meliputi daerah yang sangat luas. Porses demikian disebut dengan Epirogenesis.

Gejala pembentukan pegunungan merupakan suatu gerak lingkaran yang silih berganti antara Gliptogenesis, Lithogenesis dan Orogenesis. Gejala demikian disebut dengan Siklus Geologi.

Orogenesis adalah proses peperasan, pelipatan dan pengangkatan batuan sedimen menjadi pegunungan-pegunungan. Orogenesis bersifat konstruktif. 

Pegunungan-pegununugan yang telah dibentuk oleh orogenesis akan dihan-curkan oleh gliptogenesis yaitu yang meliputi proses-proses pelapukan, erosi, denudasi dan sebagainya. Gliptogenesis bersifat destrukif karena merupakan proses penghancuran relief. 

Lithogenesis adalah proses pengendapan materi hancuran hasil gliptogenesis dan pemadatannya sehingga mebentuk batuan sedimen. 
close