Beda Guru Biasa dan Luar Biasa - Geograph88

Beda Guru Biasa dan Luar Biasa

Beda Guru Biasa dan Luar Biasa
Menjalani profesi guru di Indonesia memang menjadi sebuah tantangan luar biasa. Kita diberikan amanah untuk mendidik manusia dengan beragam ras, budaya, pola pikir dari Sabang sampai Merauke. 

Guru adalah ujung tombak pendidikan dan tidak ada anak yang berhasil tanpa guru yang hebat. Profesi guru adalah sebuah pekerjaan berat dan tidak bisa dianggap sepele karena yang kita hadapi adalah manusia bukan benda mati. 

Saya sangat prihatin sekali jika ada beberapa sekolah atau orang yang merekrut guru dari jurusan murni. Mereka beralasan katanya "Keilmuan lulusan jurusan murni lebih baik dibanding FKIP". 

Pernyataan tersebut tentu sangat merendahkan martabat lulusan FKIP yang memang tugasnya adalah mencetak guru-guru handal. 

Saya banyak menemukan mereka yang lulusan Fakultas Murni memang secara ilmu jago, tapi dalam menghadapi anak tetap aja banyak yang gak bisa. 

Mereka tidak dibekali pendekatan mendidik dan mengajar seperti yang diberikan sekolah fakultas keguruan. Mereka hanya menjadi guru biasa saja dan tidak memiliki kharisma sebagai guru. 

Lalu apa bedanya guru biasa dengan guru luar biasa?. Berikut saya berikan sedikit perbedaannya. Tulisan ini hanya sebagai instrospeksi bagi saya pribadi dan mohon maaf jika menyinggung pihak tertentu.
Beda Guru Biasa dan Luar Biasa
Guru adalah sumber insiprasi siswa, pic: https://www.webanywhere.co.uk/

GURU BIASA
1. Mengajar tanpa merencanakan pembelajaran, artinya ia tidak membuat lesson plan terlebih dahulu. Masuk kelas sesuka hati dia, mau ceramah atau bercerita. Tidak membuat materi dan LKS untuk siswa sesuai indikator. 

Di luar negeri, guru-guru setelah pulang sekolah membuat lesson plan untuk pertemuan berikutnya, memastikan siswa menerima materi sebaik mungkin.

2. Sering mengeluh terhadap kondisi anak, artinya ia tidak suka jika melihat anak yang susah diatur atau nilainya jelek terus. Padahal justru tugas dia mengubah perilaku siswa tersebut agar menjadi anak yang baik. 

Setiap manusia memiliki kecerdasan, dan guru harus mampu melihat potensi kecerdasan tiap anak yang berbeda. 

Guru harus memonitor kelemahan dan kelebihan setiap anak. Guru harus peduli terhadap perkembangan setiap anak dan membuat ia bisa berkembang dan berprestasi di kekuatannya masing-masing.

3. Tidak aktif di forum, artinya ia hanya berkutat di sekitar lingkungan rumah-jalan-sekolah. Ia tidak pernah mengikuti pertemuan atau forum seperti MGMP atau lainnya untuk menambah wawasan, bertukar pikiran dan saling berbagi ilmu dengan guru lainya.

4. Hobi mencari kesalahan pemimpin/atasan, artinya ia selalu mencari kesalahan kebijakan atasannya. Setiap ada yang tidak sesuai ia akan protes dan menganggap dirinya paling benar. Tidak ada rasa patuh terhadap atasan alias egois. Padahal jika ia menjadi pemimpin, belum tentu ia bisa juga memimpin.

5. Tidak meneladani, artinya ia tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan dan diteladani oleh siswa. Ia tidak pernah ikut lomba guru, atau tidak memiliki kemampuan public speaking yang baik atau perilakunya buruk seperti merokok, suka masuk kerja telat dan lainnya.

GURU LUAR BIASA
1. Selalu merencanakan pembelajaran sebelum masuk kelas, artinya ia benar-benar merencanakan apa yang akan dilakukannya di kelas. Ia akan berusaha membuat anak senang belajar dan termotivasi. Ia selalu mencari teknik-teknik pembelajaran yang menarik di internet atau buku.

2. Selalu optimis dalam menghadapi anak, artinya di mata guru setiap anak adalah anak cerdas dan punya kemampuan tersendiri. Ia akan mengobservasi dan memetakan setiap kemampuan terbaik anaknya. 

3. Aktif di forum ilmiah, artinya ia selalu meluangkan waktu untuk ikut forum guru seperti MGMP atau pelatihan lainnya. Ia selalu berupaya meningkatkan kompetensi keilmuannya agar menjadi guru yang lebih handal.

4. Patuh terhadap pemimpin, artinya ia selalu menjalankan instruksi pimpinannya dengan baik. Jika ada sesuatu yang mengganjal pun ia akan mendiskusikannya dengan sopan santun dengan atasannya.

5. Memberikan teladan, artinya ia memiliki karakter positif yang bisa ditiru anaknya seperti memiliki kemampuan public speaking atau presentasi yang baik. Atau ia sering ikut lomba guru tingkat lokal atau nasional. Ia hobi menulis dan memberikan inspirasi positif bagi anak didiknya.
close